Jumat, 12 September 2008

Poligami dan Kontroversi

POLIGAMI


Ketika A’a Gym, seorang Kyai kondang itu memutuskan menikah lagi. Serentak para pemuja Kyai kondang tersebut protes. Mereka terutama kaum wanita banyak sekali mencela dan menyayangkan keputusannya. Banyak opini yang bernada miring ditujukan ke A’a Gym. Dianggap tidak bisa jadi panutan lagi, dianggap mata keranjang hingga paling parah protes yang dilontarkan ibu ibu tersebut adalah tidak lagi membeli ataupun memakai produk hasil produksi A’a Gym, yang awalnya terkenal dengan manajemen Qolbunya.

Wow…Poligami, sedari ku kecil hingga saat ini ku berusia 29 tahun selalu menjadi pembicaraan hangat. Wanita mana sih yang ingin dimadu ?. Jawab para wanita, namun dimata pria sebagai pelaku dianggap menjalankan sunnah Nabi besar Muhammadd SAW. Lalu mana yang benar ?, entah tapi ku punya pendapat sendiri tentang hal ini.

Jika Allah dalam Al-Quran berkata bahwa setiap manusia diciptakan berpasang pasangan. Lalu mengapa pria pria itu memutuskan menikah lagi, Berarti mereka sudah memperistri wanita wanita yang bukan hak mereka . Tapi kucoba menganalisa maksud dari pesan Allah dalam Al-Quran, Kalimat “ berpasang pasangan” membuat logika ku terusik.

Sepasang berarti dua. Kita ambil contoh dalam hal pengabungan warna. MERAH DAN BIRU bila dijadikan satu akan menghasilkan warna baru yaitu UNGU. Jika salah satu dari warna merah dan biru tersebut digabungkan dengan warna lain maka akan menghasilkan satu warna yang berbeda pula. Lalu apa hubungannya dengan poligami ?.

Yupz…menurutku setiap mahluk yang Allah ciptakan di muka ini tercipta untuk saling melengkapi. Begitu pula dengan manusia. Sama dengan pengabungan warna yang aku contohkan diatas. Setiap manusia diciptakan berpasang pasangan. Tapi jika berpasangan dengan yang lain bukankah disebut sepasang juga. ?. Apa aku salah ?

Tapi mengapa poligami menimbulkan pro kontra. Jawabnya simple. Kita hanyalah manusia. Semua terjadi karena keterbatasan kita sebagai manusia memandang persoalan hidup yang diberikan Allah, yang memang sudah tergaris dari sananya. Dengan kata lain TAKDIR. Manusia sebagai mahluk paling sempurna dibekali Allah akal dan Nafsu. Bagaimana kualitas seseorang tergantung dari dominannya ia memakai akal atau nafsunya.

Nafsu…karena dengan nafsu manusia merasa ingin memiliki semua yang sudah berada ditangannya. Demikian pula dengan wanita. Merasa pria yang sudah dinikahinya adalah miliknya sepenuhnya. Tak pernah tersadar bahwa semua yang ada

dimuka bumi ini adalah kepunyaan Allah semata. Yang sewaktu waktu bisa berubah sesuai dengan ketentuanNYA. Dan kita sebagai mahluk harus menjalani semua yang sudah menjadi ketentuanNYA, tanpa harus merasa dirugikan karena semua yang yang ada dimuka bumi ini hanya bersifat sementara. Jadi kenapa harus serakah ?

Dan…jika kita memakai akal kita, melihat apa yang terjadi pada kita. Menyaringnya memakai akal kita atau yang kita sebut otak. Kita sedikit demi sedikit akan semakin memahami arti hidup ini, makin memahami apa tujuan kita diciptakan. Maka kita akan menyadari bahwa yang telah di gariskan Tuhan untuk kita adalah baik. Mengapa kita sebagai manusia yang sudah diciptkan Tuhan, sudah diberi kesempatan untuk memakai semua yang Ia miliki di dunia ini, termasuk tubuh yang mendiami roh kita tetapi masih harus TIDAK RELA terhadap ketentuan yang Tuhan berikan untuk kita.

TUHAN TIDAK EGOIS…..guys


Tapi…kita coba memakai kembali akal kita. Pernah kubaca dan kulihat dalam sebuah sinema di salah satu stasiun TV, Allah berpesan yang kurang lebih intinya “ tidak akan pernah seoarang suami berlaku adil, jika dihatinya lebih sayang atau lebih mencintai pasangan yang lain “…



Humhmm…Allah punya maksud apa ya dibalik pesan itu.?

Al-Quran sebagai kunci dari semua persoalan hidup, membuat kita kembali mencari jawaban dari semua pertanyaan yang ada didunia ini.


Dan analisaku adalah, karena Allah sangat membenci perceraian maka dari semua persoalan itu Allah akan member kita satu pilihan. Maka diturunkanlah ayat itu. Pilihan mana yang akan kita ambil. Jika Allah sendiri sudah menggariskan bahwa akan ada ketidak adilan dari keputusan poligami. Maka pakailah perasaan kita lalu gabungkan dengan akal. Jika kita hanya mengikuti perasaan kita untuk mengambil keputusan, hasilnya akan pincang. Tapi kita mengabungkan dengan akal kita keputusan itu akan baik.


Karena keadilan bukanlah hanya semata mata dari besarnya nilai yang diberikan kepada kita. Tapi juga pemahaman kita tentang arti adil itu sendiri.


Poligami…bukan suami saja yang harus adil tapi juga istri, serta sang wanita kedua. Jika ketiga orang ini bisa memahami arti keadilan yang Tuhan beri,

maka apa salahnya berbagi…. (E_Bee)

Kalo ada yang baca ini dan gak setuju....

Aduch... itu sih bukan masalah gue ya :)

Gue kan cuma nulis hasil pemikiran gue aja.